Senin, 10 Agustus 2009

Punya ruang sendiri, anggap busway bukan saingan


OJEK SEPEDA, TRANSPORTASI TUA YANG MURAH MERIAH


------------------
Ojek sepeda terus bertahan. Merasa punya ruang tersendiri, alat transportasi modern seperti busway sama sekali tak dianggap pesaing.
------------------
BERBEKAL sepeda onthel tua, Syarwani mengantar penumpang menelusuri gang-gang sempit di pinggiran ibukota. Pria 58 tahun itu tak ambil pusing dengan modernitas Jakarta. Dia yakin, masih banyak ruang dan celah untuk menghidupi keluarganya.
Syarwani tak melihat transportasi modern seperti busway sebagai pesaing. “Busway bukan saingan bagi kami, karena tidak mungkin masuk gang-gang sempit di Jakarta,” katanya kepada Duta, Senin 10/8) kemarin.

25 tahun silam, Pria asli Karawang ini adalah salah satu buruh pabrik yang terpaksa beralih pekerjaan menjadi tukang ojek sepeda karena terkena PHK. "Tahun 1980 saya terkena PHK, dari pada menganggur terpaksa ngonthel,” kenangnya.

Sejak itu, sepanjang hari dia berlomba dengan deru mesin kendaraan. Pendapatannya saat ini antara Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per hari. "Kalau lagi mujur bisa dapat lebih. Tapi kalau apes, malah hanya bau keringat yang dibawa pulang," selorohnya.
Saat ini, lebih dari 200 orang berprofesi seperti Syarwani sebagai pengojek sepeda onthel yang kesehariannya mangkal di Stasiun Jakarta Kota.

Di sisi lain, A Jaini (40), pengojek lainnya, merasa sedih terhadap nasib ojek sepeda di Jakarta. "Mungkin, dulu kami dianggap sebagai salah satu penyebab kesemrawutan jalan, seperti becak. Tapi, kenyataannya sekarang, jalan-jalan masih tetap semrawut dan macet, padahal kehadiran kami hanya di beberapa jalan saja," kata pria asal Kebumen ini.

Di mata Jaini, sepeda onthel memiliki sejumlah kelebihan dibanding kendaraan bermotor. "Jika semua kendaraan di Jakarta tidak menggunakan mesin, saya yakin udara akan bersih dan mungkin tidak ada penyakit aneh-aneh."

Lanjut Jaini, sepeda adalah alat transportasi yang ramah lingkungan. Pemerintah daerah mestinya membuat jalur khusus untuk sepeda dan menjadikan ojek sepeda sebagai pilihan angkutan warga Jakarta. "Bahkan kalau bisa, kami dijadikan transportasi khas Jakarta, seperti delman," kata bapak tiga anak ini.

Belakangan, keberadaan ojek sepeda malah menjadi titik unik Jakarta. Pemerintah pusat pernah melakukan gerakan hemat BBM, mengurangi atau berhenti sama sekali menggunakan mobil pribadi untuk pergi kerja atau sekolah.

Pemprop DKI juga memulai gerakan bike to work, menggunakan sepeda untuk pergi kerja dan begitu pula pulangnya. Mungkin masih panjang perjalanannya, tapi gerakan ini terus digalakkan.
[ASYHADI AHZA/JAKARTA KOTA]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar