Kamis, 13 Agustus 2009

Khoirul Huda Basyir: Dakwah, ruh perjuangan NU


Rabu (12/08/09) lalu, Harian Umum DUTA MASYARAKAT mengundang Ketua LDNU dan Sekjen-nya dalam Diskusi Rutin hari Rabu yang dinamakan dengan Diskusi Reboan. Resume diskusi itu dimuat dalam Harian DUTA MASYARAKAT Edisi Jumat, 14 Agustus 2009. Berikut ini adalah wawancara wartawan DUTA dengan Khoirul Huda Basyir, Lc (Sekjen LDNU) di redaksi DUTA, Kramat Raya.

----------------------------

Apa yang telah dilakukan LDNU sebagai lembaga yang bergerak di bidang dakwah-nya NU?
Kita semua sepakat, dakwah itu menjadi ruhnya NU. Namanya ruh, kalau tidak ada kegiatan berarti sama dengan tidak ada atau mati. Sebab itu, LDNU ini menjadi ujung tombak NU. Seperti yang diamanahkan oleh PBNU, LDNU ini melaksanakan tugas PBNU dalam bidang dakwah. Karena itu, sejak awal, LDNU itu menanamkan beberapa hal. Pertama, menguatkan ke-NU-an orang NU.

Bisa dijelaskan tentang menguatkan ke-NU-an orang NU?

Jadi kita masih menyadari betul, bahwa meskipun orang NU itu jumlahnya besar, yang paham betul soal NU masih sangat sedikit. Sehingga meng-NU-kan orang NU itu menjadi tugas yang sangat penting. Termasuk dalam hal pemantapan dan pengembangan ajaran ahlussunnah wal jamaah.
Pak Hasyim (Ketua Umum PBNU KH A Hasyim Muzadi) sering bilang, dulu antara NU dan Muhammadiyah sering gontok-gontokan. Itu karena mereka paham dasar dan dalil keagamaan. Dan kalau sekarang semua adem ayam saja, itu bukan berarti mereka saling paham. Tapi rukun karena ketidaktahuan mereka.

Apa ini berarti pemahaman tentang NU sudah sangat terdegradasi? Termasuk pengurus NU sekalipun?


Sekarang ini banyak sekali warga NU, termasuk yang tinggal di pondok pesantren, tidak paham dengan ahlusunnah wal jamaah NU. Jika pemahamannya saja lemah, maka tingkat militansi dan perjuangannya pasti juga lemah. Sehingga ketika masuk pemikiran keagamaan lain, sangat mudah mengubah pola kehidupan beragama mereka.
Karena itu, LDNU juga melakukan pengembangan dan pembangunan citra paham ke-NU-an kepada seluruh umat. Saya kira ini menjadi bagian yang tak kalah penting pula. Selama ini sering dikatakan bahwa garapan NU di wilayah perkampungan. Tapi di kampung juga sering ditinggalkan, sementara di kota yang terjadi justru kampus-kampus, kompleks perumahan, telah banyak sekali orang NU yang tidak punya militansi.

Militansi menurun ini sepertinya menimbulkan kesan bahwa surga yang ditawarkan oleh NU tidak lagi menarik. Sekarang ini seolah-olah banyak yang tertarik dengan tawaran surga dari kelompok teroris. Apa betul demikian?

Tantangan yang dihadapi NU sekarang ini luar biasa. Orang lain memanfaatkan kelemahan NU. Kalau tidak ada upaya dan gerakan yang sistemik untuk membendung, 20 tahun yang akan datang, NU bisa masuk museum. Masih untung, jika masuk Museum NU di Surabaya.
Dakwah-dakwah harus kita kembangkan untuk menangkal dakwah-dawah yang belakangan muncul, yaitu radikalisme dan liberalisme. Membangun NU ini sama dengan membangun bangsa. Berdirinya bangsa ini tidak bisa lepas dari konstribusi NU. Anehnya, saat ini banyak pihak yang memandang rendah peran NU selama ini.

Kongkritnya apa yang harus dilakukan oleh NU dalam rangka berbenah diri?


Karena itu, telah sering disampaikan dalam banyak forum, dakwah NU dituntut mengikuti dinamika sosial. Harus profesional dan mengikuti tren zaman. Doktrin-doktrin keagamaan harus mampu mengejawantahkan kebutuhan umat.
Misi NU sejak awal dalam bidang dakwah ke depan memang harus terus dikembangkan. Itu juga harus diikuti dengan pengembangan di bidang ekonomi, pendidikan dan bidang-bidang yang lain. NU harus semakin optimal mengawal ahlussunnah wal jamaah di bumi nusantara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar