Minggu, 06 September 2009

KH NOER MOHAMMAD ISKANDAR SQ: Pesantren bakal jaga teritorial NKRI



Apa latar belakang anda membuat konsep Pesantren Bela Negara ini?

Pertama, terhadap dunia terorisme, yang kemudian stigma terorisme itu diarahkan kepada pondok pesantren. Padahal, pondok pesantren sudah merasa terteror dengan keadaan itu, dan juga tertertor dengan bermacam berita yang menyudutkan pesantren. Seperti flu babi, yang diarahkan ke pondok-pondok. Namun setelah saya telepon beberapa pesantren, tidak ada berita semacam itu.

Anda melihat ada upaya mendiskreditkan pesantren?

Ya, ini ada upaya-upaya strategis untuk menyudutkan pondok pesantren. Saya merasakan ada gejala dan upaya depesantrenisasi dan dekiaisasi.

Mengapa stigma itu bisa melekat di pesantren?

Kita sadari masih banyak pondok-pondok yang tidak mampu karena keterbatasannya atau karena pemahaman yang begitu sempit. Itu yang harus kita jelaskan. Bukan karena nasionalismenya tidak ada tapi karena pemahaman agama yang sempit.
Ini relitas, kenyataan yang ada, kemarin itu ada anak-anak yang melakukan teror itu bagian yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren. Ini yang kemudian digeneralisir.

Secara konkret, apa yang akan dilakukan Pesantren Bela Negara?

Hari ini kita sudah mulai melangkah dan melakukan kerjasama dengan Gubernur Bengkulu (Agusrin M Najamuddin, red) untuk menyebarkan 1.300 santri di 1.300 desa dalam upaya untuk menangkal terorisme, paham-paham yang salah dan paham yang menyesatkan.
Saya melihat, stigma terorisme itu sedemikian rupa diarahkan ke pesantren. Nah, kita berupaya untuk menyelamatkan stigma itu dan caranya pesantren membela negara.

Lantas, bagaimana menjawab semua itu?

Kita bikin aktifitas, bikin kegiatan bahwa nasionalisme masyarakat kita tinggi, bahwa pondok itu merupakan founding father dari republik yang ada. Lebih jauh, melalui MSKPI mengingatkan kepada elit politik agar tidak menjualbelikan keamanan kepada negara asing dalam kondisi situasi politik kita seperti ini.
Karena, bermacam-macam bentuk orang yang mengail di air keruh, ada yang karena tidak suka dengan pesantren, ada yang hendak mengadu domba umat Islam dan sebagainya.

Selain masalah terorisme, permasalahan apa yang menjadi perhatian Pesantren Bela Negara ini?

Masalah kedua, adalah ulah negeri jiran (Malaysia, red). Saya melihat Malaysia ini selalu memanfaatkan krisis yang ada di republik ini untuk kemudian bermain-main dengan teritorial.
Ada upaya penyerobotan-penyerobotan terhadap bagian dari NKRI. Padahal NKRI itu final. Sebagai anak-anak bangsa yang merasa bahwa founding father republik ini adalah para ulama, maka kita merasa perlu untuk membentengi republik ini dengan pondok pesantren.

Apa yang akan dilakukan pesantren untuk menjaga teritorial?

Kita akan membekali para santri, para alumni dan para kiai tentang perlunya kesadaran bersama untuk mempertahankan Indonesia, jangan sampai ada sejengkal pun bagian republik ini diambil orang lain. Karena itu akan menjadi preseden yang tidak baik.
Saya juga ingin agar pondok pesantren itu membekali dirinya dengan pengetahuan ekonomi rakyat sehingga benteng yang ada di republik ini bukan hanya benteng kekuatan fisik tapi juga ekonomi dan kesejahteraan. Dan ini jauh lebih menarik.

Apa yang menjadi kekhawatiran kiai sehingga pesantren perlu membentengi teritorial?

Kalau anda melihat di berbagai belahan republik yang berbatasan dengan Malaysia, itu ada masyarakat yang lebih senang menggunakan mata uang ringgit. Mereka lebih senang menjadi bangsa Malaysia, sehingga nasionalisme itu tipis.
Nah, keinginan kami bagaimana pondok-pondok itu mengisi ribuan perbatasan dengan Malaysia yang kosong. Sudah sekian tahun kita merdeka namun masih belum bisa membentengi Indonesia dengan benteng-benteng dengan mengisi masyarakat di perbatasan yang kosong. Dan kita ingin santri dan pesantren bisa tampil ke depan untuk bersama-sama membela perbatasan Indonesia.[kml]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar